Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), dikukuhkan negara—melalui Pemerintah sebagai Pahlawan Nasional. Masyarakat Sumbar secara propinsial, dan Minangkabau secara kultural, tentu mengapresiasi penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Putra sulung Dr. Haji Abdul Karim Amrullah (Dr. Haka) tersebut. Soalnya, selain dijuluki ulama kharismatik dan substansialistik (faqihun wa al-hakimun), Hamka juga dikenal sebagai sastrawan, budayawan, pujangga, dan sejarawan. Tidak saja di Indonesia, nama besar dan pengaruh beliau bahkan menjamah sampai ke Malaysia, Singapura dan Thailand. Dalam kancah transformasi Islam, kiat-kiat yang dihidangkan beliau tidaklah meledak-ledak—seperti segelintir pemuka agama (rijalu ad-da’wah) di alam kontemporer yang kian merangkak maju kini. Melainkan sarat informatif, persuasif, edukatif dan argumentatif (bi al-hikmah, wa al-maui’zhah wa al-mujadalah/QS. An-nahal ayat 125). Dan, bila tokoh yang lahir pada 17 Februari 1908 itu, menyuarakan dimensi dakwah berupa tanzhir (khabar pertakut), tanpa tergelicik pada pola-pola eufemisme dibalutnya dengan bahasa santun, sejuk, bersahabat, dan gampang dimengerti.
Tag Archives: buya marjohan
Pelajaran Bagi Umat Islam dari Novelis Murtad Salman Rushdie
Oleh H. Marjohan
Masih ingat Salman Rushdie? Seorang novelis keturunan Pakistan—berkebangsaan Inggris. Salah satu novelnya yang sempat mangguncang-limeh dunia Islam bertajuk: “The Satanic Verses” (Ayat-ayat Setan). Saking tersinggungnya puncak kada umat Islam, sampai-sampai pemimpin spritual Iran Ayatullah Rohullah Khomeini menawarkan hadiah “gadang-badagok” bagi siapa yang berhasil menerabas, dan melenyapkan tempurung kepala Salman.
Usai meluncurkan The Satanic Verses —yang menurut Darman Moenir, belum satupun sastrawan menerjemahkannya ke bahasa Indonesia—walau banyak pihak mendambakan, Salman dikerubungi para insan pers: Apakah Anda tak takut dibunuh? “Oh, siapa takut–sama sekali tidak!” Jawab konco-palangkin Shelina, yang juga novelis “murtad”, masih berdarah Pakistan itu, penuh percaya diri. Baca lebih lanjut
Filed under Komunikasi Massa
Refleksi Ulang Tahun Pasaman : Dengan Semangat Egaliter Mendayung Pasaman
Oleh H. Marjohan
Siapa tak kenal Pasaman? Tanah yang pernah melahirkan dua pahlawan perjuangan kemerdekaan RI. yaitu Tuankoe Imam Bonjol, bernama kecil Peto Syarief dan Pakiah (Faqih) Moehammad, gelar Tuanku Rao. Kedua beliau yang pernah menyauk sprit of Islam ke tempat turunnya wahyu (Makkah dan Madinah) inilah yang mentransformasikan substansi dan semangat Islam dalam kancah Gerakan/Perang Paderi menentang Belanda pada 1821-1837 silam!
Masih di zaman Belanda, Kabupaten Pasaman termasuk Afdeling Agam yang dikepalai seorang Asisten Residen. Afdeling Agam tersebut meliputi empat Onder Afdeling masing-masing Agam Tuo, Maninjau, Lubuk Sikaping dan Onder Afdeling Ophir. Dan, bertumpu pada konsep plus presep yang dirancang-bangun oleh kolonial Belanda—yang nota bene tak bisa diungkai dari politik devide et impera-nya tiap Onder Afdeling dinakhodai seorang Contreleur, dan tiap Contreleur dipilah lagi menjadi Distrik.
Filed under Pasaman
Khasanah Arsip dan Kepahlawanan
Oleh: H. Marjohan
Mengacu UU Nomor 7/1971 tentang Ketentuan–Ketentuan Pokok Kearsipan, lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) disuguhi tugas: menertibkan penyelenggaraan arsip dinamis, dan wajib menyimpan, memelihara dan menyelamatkan arsip statis yang “berserak-serak” di lembaga–lembaga negara, badan–badan pemerintah, swasta, dan perorangan. Gawe (baca: Tupoksi/tugas pokok dan fungsi) tersebut, dijabarkan pada sasaran pembangunan melalui terwujudnya sistem informasi pengelolaan arsip berbasis teknologi informasi dan komunikasi (SIPATI), serta sistem jaringan informasi kearsipan nasional (SJIKN). Kiatnya, sepertinya dikelola cukup profesional, fungsional dan terpadu—demi menopang pembangunan berkesinambungan (sustainable development). Sasaran lebih menukik, terselamatkannya arsip sebagai collective memory and national heritage. Baca lebih lanjut
Filed under Hari Pahlawan