Tag Archives: harapan

Hantaran Bahagia dalam Catatan


Perempuan Cina Itu Membuatku Bahagia Sekaligus Terluka (4)

Hari itu adalah hari Minggu di awal Januari. Kuundang dia ke rumahku, dan dia datang tepat pada waktu yang dijanjikannya. Waktu dimana kusingkap segenap asa dan rasa dalam diriku, kupaparkan semua alasan yang memberati hatiku dan kubentang kebimbangan-kebimbangan yang kumiliki.

Aku bicara tentang kerinduan dan rasa takutku, bahwa aku takut kehilangan dia. Aku bicara tentang kekagumanku, bahwa aku menyukai dan mencintainya. Dan aku bicara tentang kesangsian dan keraguanku, bahwa masih ada perbedaan yang tersisa antara kami. Perbedaan yang membuatku tak sanggup memintanya untuk mencintaiku, karena mungkin aku tak akan bisa membahagiakannya. Oleh karena itu hanya kuharap kesediaannya menjadi adik-ku dalam persaudaraan.

“Janganlah engkau berpikir terlalu jauh tentang perbedaan itu, aku juga memiliki ketakutan yang sama, kalau engkau akan membenciku. Aku bukan tak menyukaimu, tapi kalau kita bisa berteman dalam persahabatan yang lebih indah, kenapa aku mesti kau anggap sebagai adik.” Hanya itu jawaban yang kuperoleh dari gerakan bibirnya menjalin kata.

Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Kisah

Cerita Dalam Sepotong Cermin


Perempuan Cina Itu Membuatku Bahagia Sekaligus Terluka (III)

Pertemuan demi pertemuan yang terjadi antara kami telah menjelaskan kepadaku tentang arti sebuah kedekatan. Dalam waktu-waktu sebelumnya, dia bagiku tak lebih seperti seorang teman biasa dan bagaikan seorang saudara. Tapi sekarang aku merasakan suatu perasaan aneh muncul, yang lebih manis daripada kasih sayang persaudaraan. Suatu perasaan yang tidak lazim, tentang kerinduan dan rasa takut memenuhi hatiku dengan penderitaan dan kebahagiaan.

Apakah kesepian telah membutakan mataku akan kewajaran dan membuatku menginginkan keindahan matanya, senyumnya yang manis dan jemarinya yang halus? Ataukah keindahan, kemanisan dan kelembutannya yang telah membuka mataku dan memperlihatkan kepadaku akan kebahagiaan dan penderitaan cinta?

Itu adalah pertanyaan yang sukar untuk dijawab, namun hatiku berkata sejujurnya bahwa di saat aku merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan, ada sebentuk kasih sayang yang datang bersemayam dengan tenangnya di lubuk hatiku. Seperti roh dari cinta, kebahagiaan dan penderitaan itu, yang melayang-layang dalam dunia ciptaan di atas permukaan air.

Baca lebih lanjut

2 Komentar

Filed under Kisah

Hadiah Sang Penyair


Perempuan Cina Itu Membuatku Bahagia Sekaligus Terluka (2)

Pertama kali kami berjumpa, ada selinapan kekaguman dalam batinku. Kagum akan keadaan diri yang dihadirkannya. Walau aku tak pernah tahu, apakah ini satu kenyataan ataukah hanya subyektifitas belaka.

Namun beberapa hari waktu berlalu, satu hal yang tak pernah lepas dari kesadaranku sampai kedua kalinya kami bertemu, hanyalah kecantikannya yang kuagungkan itu memang ada. Dan keakraban yang terjalin melalui sikap dan pembicaraan telah menunjukkan kepadaku sesuatu yang semakin memperbesar keagungan itu. Sehingga dari perhatian telah bisa kukatakan bahwa sesungguhnya kekagumanku padanya lebih banyak di sisi-sisi yang tak nampak daripada yang terlihat.

Ingin aku menggambarkan lebih jelas tentang dia, namun aku tak punya kemampuan untuk itu. Karena untuk memperoleh gambaran sebenarnya, kita hanya akan bisa mengerti melalui cinta dan merabanya melalui ketulusan hati. Dan bila aku berusaha melukiskan dengan untaian lisan mengenai wanita seperti dia, ia akan merupakan biasan sinar yang tak terlihat. Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Kisah

Si Pungguk dan Burung Laut


Perempuan Cina Itu Membuatku Bahagia Sekaligus Terluka (1)

“Kita berdua bagaikan dua ekor burung. Engkau ibarat burung laut yang datang dari ufuk jauh dan hinggap di sarangku, membawa nyanyian serta cerita tentang keindahan untuk menghibur hati yang sunyi. Sedangkan aku ibarat burung pungguk yang kesepian merindukan bulan di langit tinggi.

Ketika engkau kuundang ke sarangku, kurasa gairah dan kehangatan mengalir dari dekapan kedua sayapmu. Aku sempat mengungkapkan cinta, lalu engkau kembali terbang menempuh keluasan laut, menyeberangi cakrawala mencapai pantai berpasirkan emas, daratan tempatmu dengan bebas mengepakkan sayap. Sedangkan aku tetap sebagai pungguk  di sarangku, merindukan bulan dari malam ke malam, menanti dirimu dari bulan ke bulan.”

Entah dari mana aku pernah mendengar rangkaian kata itu. Entah siapa yang telah mengucapkan kalimat-kalimat yang demikian tepat untuk menggambarkan rintihan jiwaku. Yang jelas, memang seperti itulah suara keprihatinan dan jerit tangis yang kudengar dari sudut terdalam lubuk hatiku. Kuhayati tetes kepedihan dari sayatan perasaan yang tertakik. Maka kutuliskan kisah ini dengan tinta airmata.

Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Kisah

Serajut Kenangan yang Terjawab (1)


Rentangan jarak yang bernama waktu yang pernah kita tempuh ternyata sangat panjang. Ketika kucoba untuk menyelami rendaan masa silam yang hampir lusuh  telah membuatku seakan berada di hamparan gersang gurun tandus yang tak bertepi, sehingga membuatku bingung untuk mengawali langkahku. Aku ingin menelusuri kembali sulaman benang-benang masa lalu yang berwujud kenangan, walau aku tidak tahu harus memulai dari mana.

Yang kutahu hanyalah awal dari perjumpaan kita di Pertengahan Juli 1989, di saat aku mengikuti Orientasi dan Pengenalan Sekolah. Dimana kutemukan satu sosok yang penuh perhatian, yang tak lain adalah dirimu. Sehingga bisa menimbulkan rasa damai dikala aku ada di dekatmu, dan malah melahirkan keinginan dalam diriku untuk bisa tak berjauhan denganmu barang sekejappun.

Perasaan itulah yang telah mendorong kita untuk selalu bersama di setiap kesempatan, terutama di sekolah. Yang memungkinkan kita untuk selalu bicara tentang kita, tentang masa lalu dan juga tentang masa depan.

Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Kisah

Kala Sirnanya Sebuah Harapan


Aku tak akan menceritakan bagaimana awal pertemuanku denganmu. Tak akan kupaparkan sekuat apa pesonamu dalam pandanganku. Juga aku tak akan bicara betapa indahnya saat-saat yang pernah kita lalui. Karena semua itu seolah telah tenggelam, yang kutemukan dikala kumembalik lembaran-lembaran album kenangan kehidupanku yang tersisa, hanya secercah suasana hati, yang membawa ingatanku ‘tuk menjemput sepenggal hari. Hari itu adalah hari Sabtu, 10 Pebruari 1991 dan hari itu akan kujadikan monumen kenangan pahit dalam hidupku. Yang dalam waktu puluhan tahun mendatang akan kuceritakan di hadapan anak-anak dan cucu-cucuku bahwa hari itulah pernah kurasakan sebuah kesakitan melumat diriku, dengan kepedihan menyayat tiada bandingan dan tiada tertahankan. Namun bagaimanapun, di hari itu pulalah aku mendapatkan kesadaran, menyadari siapa aku, sebagai seorang yang tak pantas untuk mencintai seorang wanita yang bernama Rina.

Baca lebih lanjut

1 Komentar

Filed under Kisah