Satu persoalan krusial yang menghadang di pelupuk mata pasca Ujian Nasional (UN), adalah mengatasi keterbatasan daya tampung perguruan tinggi negeri dalam penerimaan mahasiswa baru. Dikatakan rumit, peserta seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) setiap tahun, selalu mencapai angka fantastis, sehingga tidak pernah seimbang dengan daya tampung yang ada.
Menyikapi suasana gundah-gulana ini, bergaung segenggam usul-saran yang menyemburat dari pemerhati/pengamat pendidikan, agar stakeholders kependidikan selekasnya menukuk perguruan tinggi negeri dengan menggunakan pelbagai infrastruktur yang nyaris tidak berfaedah bagi kemaslahatan umum. Bila perlu, menjamah ke kabupaten/kota. Namun, usul—yang sekilas terkesan bernas ini, sejatinya dipertimbangkan masak-masak. Pasalnya? Bukankan di pelbagai pojok tanah air tegak-berdiri lembaga pendidikan swasta. Apa tak lebih afdal, saatnya kita melirik lembaga pendidikan swasta tersebut. Pertimbangannya? Agar generasi kini tidak terkooptasi oleh yang serba negeri.