Mentawai, Jaya dan Sengsara Karena Ombak


Awalnya saya cuma iseng minta ikut ke Mentawai sama Mr. Netto.Esok harinya Mr. Netto mau mengajak saya. Dan Pak de Bazoor menyuruh saya untuk beli tiket pesawat, dan mengurus semuanya tapi dia juga ikut membantu saya…

Setelah semuanya beres, besoknya saya berangkat ke Mentawai, dari Bali jam 01:05 mengunakan pesawat Lion Air dan transit ke Jakarta, terus jam 16:00 sore saya berangkat ke Padang. Mungkin hari itu nasib saya sedikit sial, karena saat mau mengambil barang, surfboard saya tidak ada, dan saya meninggalkan kaca mata saya di pesawat, ternyata surfboard saya tertinggal di Jakarta..lalu saya menunggu sampai pesawat berikutnya datang, untuk membawa papan selancar saya.

Hari pertama di Mentawai saya main di Lances Left, disana ombaknya bagus sekali, tapi sedikit lowtide, teman saya Mr.Netto dapat  sedikit luka, dan papannya rusak. Sore harinya saya masih main disana, air sudah naik, dan ombak semakin bagus. Malamnya, saya mencoba memancing ikan, tapi yang saya dapat cuma ikan ikan kecil.

Besoknya kapten kami mengajak main di Nipussi, ombaknya lumayan bagus dan tidak banyak orang. Setelah main di Nipussi kami melanjutkan ke Bintang, disana ombaknya juga bagus sekali, sayapun sangat menikmati perjalanan ini. Sesudah jam makan malam saya pun menghabiskan waktu dengan nonton video surfing atau film komedi.

Hari ketiga saya surf di Hestis, disana ombaknya bagus sekali namun ada banyak orang, mungkin sekitar 25 orang. Sesudah main surfing saya mengisi waktu dengan mengunjungi sebuah desa disana, dan bercakap-cakap sama penduduk lokal sambil menunggu makan siang tiba. Sore hari saya masih menunggu ombak dan surfing disana.

Keesokan harinya kami surfing di Macaronis, dan ombaknya tidak terlalu besar. Disana saya juga ketemu sama teman dari Bali, Bol dan Mega. Saya sempet maen ke boat mereka, tapi cuma sebentar saja. Sore harinya cuaca sedikit berubah, angin mulai datang dan sedikit mendung…

Di hari kelima saya main di Thunder Left, disana ombaknya sedikit besar mungkin sekitar 6 feet “Wushhaaa”. Disana saya dapat banyak barrel, saya makin tergila gila dengan Mentawai. Di Thunder Left saya juga dapat wipeout sedikit besar dan Made Bazoor yang ada di atas boat langsung tertawa karena melihat saya dapat laundry.

Besok harinya saya kembali surf disana, dan ombaknya semakin bagus tidak terlalu banyak orang. Siang harinya kami berangkat ke Macaronis, disana ombaknya lebih  kecil, dan banyak orang. Untuk mengisi waktu saya pun main ke sebuah camp yang ada di Macaroni, campnya bagus sekali dan ada fasilitas internet.

Besok harinya kami balik main di Hestis karena waktu di Mentawai sudah semakin habis, disana saya membeli sebuah patung asli buatan orang Mentawai, teman-teman yang lain juga ikut membeli buat oleh-oleh, sore harinya kami mengisi waktu dengan mancing, tapi tidak ada hasil.

Di hari terakir saya main  di Green Buss, ombak disana cepat sekali, yang mau main hanya saya, Kelly, dan Dafe Taylor. Disana saya dapat barrel besar, setelah dari sana kami melanjutkan ke Nipussi dan Macaronis tapi cuma buat ngecek ombak dan dalam perjalanan, awak kapal kami mendapat ikan besar. Setelah itu kami meneruskan perjalanan  ke Padang, karena waktu di Mentawai sudah habis. Hatipun sedikit sedih karena akan balik ke kampung halaman, tapi tidak apa, yang penting saya dapat pengalaman baru. Terima kasih buat Nusantara crew, Mr. Netto dan Made Bazoor.

Tsunami 5 Meter

Tsunami menyusul gempa berkekuatan 7,2 skala Richter melanda Pulau Pagai Selatan di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Fenomena ini ternyata menarik minat sejumlah ilmuwan Jepang.

Baru-baru ini, Shunichi Koshimur, profesor Pusat Penelitian Bencana Alam Universitas Tohoku, Jepang, membuat perhitungan berdasarkan data yang dikumpulkan selama gempa yang terjadi di Mentawai, beberapa waktu silam.

Hasil penelitian Koshimura menunjukkan, tsunami menyebar keluar dari pusat gempa. Selain itu, posisi patahan menyebabkan gelombang menjadi lebih besar di sisi timur laut, di mana tsunami terparah terjadi di Kepulauan Mentawai.

Analisisnya menunjukkan pula, gelombang setinggi tiga sampai empat meter menghantam Pulau Pagai Selatan dalam waktu 20 menit. Sebuah simulasi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa gelombang tsunami itu mencapai lima meter di ujung selatan pulau, hingga 5,2 meter di beberapa tempat.

Koshimura menjelaskan, tsunami terutama tinggi di bagian pulau karena daratannya yang menonjol. Ia menambahkan, bentuk garis pantai dan karakteristik dasar laut di tempat seperti itu memang dapat menimbulkan kumpulan arus gelombang lebih kuat.

Sumber : Surf Community Newspaper dan Liputan6.com

Tinggalkan komentar

Filed under Serba Serbi

Tinggalkan komentar