Tag Archives: Suporter

Foto dan Video Tragedi Olahraga : Sebuah Perang di Lapangan Sepakbola Mesir


Sepakbola Berdarah

Dunia sepakbola berduka. Ketika 73 orang tewas seusai pertandingan Liga Mesir antara Al Masry versus Al Ahly di lapangan sepakbola Port Said. Pendukung Al Masry merayakan kemenangan dengan memburu pemain Al Ahly dan berujung kerusuhan. Mayat bergelimpangan di tengah lapangan. Beberapa kalangan menduga, kerusuhan pecah lantaran kota Port Said merupakan basis pendukung presiden terguling Hosni Mubarak. Namun yang jelas, suporter yang tak sanggup mengendalikan diri serta tak siap mental menerima kekalahanlah yang jadi pemicu pecahnya sebuah “perang” yang menelan korban jiwa secara sia-sia.

Semoga hal ini jadi pelajaran berharga bagi Indonesia yang merupakan penggemar terbesar sepakbola dengan suporter yang rentan terhadap gesekan konflik di lapangan. Baca lebih lanjut

1 Komentar

Filed under Olahraga

VUVUZELA, Terompet Paling Terkenal di Dunia


Ini Piala Dunia pertama yang pertandingannya konstan diiringi suara lebah. Jutaan lebah. Mirip lalat juga. Bukan karena stadion letaknya dengan tempat pembuangan akhir sampah di Afrika Selatan, tapi bunyi dengung itu berasal dari vuvuzela, semacam terompet khas sana. Bahannya dari plastik. Ketika berbunyi berbarengan sestadion, suaranya luar biasa bising.

Nah, jadilah vuvuzela kontroversial. Ada yang bilang vuvuzela bisa merusak pendengaran, karena bunyi bising konstan menderu gendang telinga. Ada juga yang khawatir tak bisa mendengar pengumuman bila, amit-amit, stadion harus dievakuasi. Ruth MecNerney, dokter asal Inggris, kepada AP mengatakan vuvuzela berpotensi menyebarkan virus demam dan flu, “Mengingat banyaknya udara yang ditiupkan lewat vuvuzela,” kata dia.

Kebisingan vuvuzela juga bisa mengganggu pemain. Pelatih harus berteriak lebih keras ke anak-anak yang tengah merumput di lapangan. Tim Denmark misalnya, jadi tak bisa berkomunikasi. “Kami harus menggunakan kontak mata,” kata kiper Thomas Sorensen.

Kata Sorensen, apa pun yang ia teriakkan kepada para bek tak bisa terdengar. Bermain untuk Stoke City di Inggris, ia sudah terbiasa dengan kebisingan chant para pendukung. Tapi vuvuzela, wah beda lagi. Ah, mungkin itu sebabnya dua kali bola nyelonong ke gawangnya saat melawan Belanda.

Tapi, keinginan sejumlah pihak untuk menyingkirkan bahkan melenyapkan vuvuzela dari ritual Piala Dunia, setidaknya di Afrika Selatan, segera pupus. Dengan alasan vuvuzela adalah ikon sepakbola setempat, maka Presiden FIFA Sepp Blatter pun menegaskan menolak permintaan melarang vuvuzela.

Demikian juga dengan Panitia penyelenggara Piala Dunia 2010 yang menyatakan tidak akan melarang Vuvuzela (terompet khas Afrika Selatan) selama turnamen.

“Vuvuzela tidak akan pernah dilarang. Semua orang di dunia menyukai vuvuzela dan hanya sebagian kecil yang menentangnya. Tidak pernah ada pemikiran panitia untuk melarang vuvuzela selama turnamen,” kata juru bicara panitia penyelenggara Piala Dunia 2010, Rich Mkhondo.

Keberadaan terompet vuvuzela menjadi kontroversial sejak turnamen Piala Konfederasi tahun lalu, dimana beberapa pemain mengaku mereka tidak bisa berkomunikasi satu sama lain karena bunyi terompet yang nyaring.

“Lihatlah vuvuzela sebagai kebudayaan Afsel dan cara mereka memeriahkan Piala Dunia 2010. Tolong hormati vuvuzela sebagaimana anda menghormati budaya kami,” kata Mkhondo yang menambahkan vuvuzela juga digunakan suporter negara lain dalam menyemangati tim kesayangannya.

Di sebuah wawancara, pemain tengah Spanyol Andres Iniesta diminta mencoba vuvuzela. Ragu-ragu, ia mencoba. Sudah siap ia mengumandangkan bunyi membahana kepada pemirsa televisi yang menanti-nanti dengan cemas (mungkin). Tapi hasilnya, bah, bunyi ‘ngok’ pun tak keluar.

Iniesta menyerah! Ia memulangkan si vuvuzela ke tangan pembawa acara, yang dengan mudah membunyikan vuvuzela. Sebagai seorang atlet dengan determinasi tinggi, Iniesta tentu mencoba untuk kedua kalinya. Pfhuuuuuttt!!! Lagi-lagi ia gagal.

Vuvuzela vs Iniesta? 2-0!

Sejak Piala Dunia dibuka tanggal 11 Juni lalu, permintaan untuk Vuvuzela meningkat tajam di seluruh Afrika Selatan. “Sepertinya publisitas negatif menguntungkan kami,” kata Brandon Bernado pemilik situs vuvuzela.co.za dan pabrik yang bisa memproduksi 10.000 vuvuzela sehari.

“Produk kami sangat laris. Setiap kali kami membuat vuvuzela lagi, keesokan paginya semua sudah terjual,” katanya.

Menurut pencipta vuvuzela Neil van Schalkwyk yang membuat terompet ini tujuh tahun lalu, industri vuvuzela saat ini bernilai sekitar 50 juta Rand atau sekitar 6,45 juta dolar AS untuk wilayah Afrika Selatan dan Eropa.

Tinggalkan komentar

Filed under Umum