Kelok Sembilan : Mega Proyek yang (Mungkin) Akan Menjadi Objek Wisata Baru, Berapa Biayanya?


Mandaki jalan ka Payokumbuah

Baranti tantang kelok sambilan

Ondeh, baranti tantang kelok sambilan

Dimalah hati indah karusuah

Sadang basayang adiak bajalan

Ondeh, sadang basayang adiak bajalan….

Itulah lirik lagu dari tape bus umum yang kami (aku dan putra sulungku) tumpangi dalam perjalanan dari Bukittinggi ke Riau pada tanggal 13 Mei yang lalu. Kami berangkat dari Bukittinggi selepas maghrib, karena sebelumnya baru sekitar jam 15.00 WIB sore dari Lubuk Sikaping, Pasaman.

Perjalanan yang diguyur hujan pada malam hari itu seolah tak memberikan kesan apa-apa, karena memang tak ada yang bisa dilihat dalam kegelapan, kecuali sibuknya keadaan lalu lintas di bawah penerangan cahaya lampu mobil yang melewati jalan. Keadaan yang telah memaksa kami untuk tertidur.

Sekitar pukul 22.00 WIB malam itu, aku tersentak dari tidur sesaat. Mobil telah berhenti, para penumpang sudah pada terbangun, ternyata kami telah sampai di ruas dengan medan terberat sekaligus paling menarik antara Padang – Pekanbaru, yakni Kelok Sembilan. Dengan sebuah rutinitas yang tak dapat dielakkan, macet!

Kelok Sembilan adalah ruas jalan sempit (bottleneck) menuju Riau di dekat Lubuk Bangku, Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat. Selain sempit, juga berliku-liku tajam.

Bangsa kolonial Belanda pasti tidak akan menduga bahwa hasil karyanya berupa “Kelok Sembilan” yang berada di ruas jalan yang menghubungkan Riau – Sumatera Barat  itu keberadaannya masih sangat berarti hingga sekarang. Setiap kendaraan yang menempuh rute Pekanbaru – Padang, pasti akan melewati Kelok Sembilan. Jalur ini merupakan yang paling dekat untuk menghubungkan kedua kota yang berjarak lebih kurang 350 km ini. Sedangkan Kelok Sembilan sendiri berada pada jarak 180 km dari arah Pekanbaru, yang letaknya di celah-celah pebukitan.

Bagi masyarakat Riau dan Sumatera Barat, nama ruas jalan Kelok Sembilan itu tidak asing lagi. Ruas jalan itu dinamakan Kelok Sembilan, karena memiliki belokan (bahasa Minang : kelok = belok) ke kiri dan ke kanan sebanyak sembilan belokan. Kalau dilihat dari atas, belokannya merupakan zig zag.

Ruas jalan itu sendiri dari dulu hingga sekarang cukup ditakuti para sopir yang menggunakan jalur tersebut, karena dinilai sangat berbahaya. Dengan lebar jalan lebih kurang enam meter dan punya kemiringan yang cukup tajam, jelas jalan ini bisa menimbulkan bahaya bagi kendaraan yang melewatinya. Jika sopir tidak ekstra hati-hati, kendaraan bisa masuk jurang dan terjatuh ke belokan berikutnya yang kedalamannya mencapai 40 meter, yang akan langsung hancur, karena terjun bebas dan terhempas di atas jalan beraspal.

Makanya setiap kendaraan tidak bisa melaju begitu saja di ruas jalan ini, tapi harus pelan-pelan dan sangat waspada, terutama setiap berada di belokan yang menanjak tajam. Begitu pula saat berpapasan dengan kendaraan lain, kendaraan yang datang dari atas harus berhenti untuk memberikan kesempatan kendaraan yang menanjak melewatinya.

Berhawa Sejuk

Namun dibalik kerawanan itu, Kelok Sembilan menyimpan pesona tersendiri. Letaknya yang di celah-celah bukit dengan hutan belantara membuat suasana di sekitarnya menjadi sangat asri dan terasa sejuk.

Soalnya sinar matahari hanya bisa menembus tempat tersebut mulai dari sekitar pukul 11.00 WIB hingga 14.00 WIB. Sebelum itu, tempat tersebut selalu sejuk. Apalagi jika malam hari di musim hujan sebagaimana yang kami rasakan. Letaknya yang berada pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut membuat udaranya terasa dingin. Jika pada malam hari suhu udara disini bisa mencapai 17 derajat celcius. Sebuah suhu yang tergolong sangat dingin bagi bangsa yang tinggal di daerah tropis.

Jika di siang hari, liuk-liuk yang dimiliki Kelok Sembilan membuat tempat ini sangat menarik untuk dinikmati. Menikmati pemandangan di sekitar Kelok Sembilan ini bisa dilakukan dari ruas jalan paling atas. Di belokan paling atas ini terdapat pinggang jalan yang luas cukup. Disitu kita bisa berdiri untuk melihat bentuk Kelok Sembilan secara utuh.

Dari atas itu, bisa dilihat jelas puluhan kendaraan berjalan meliuk-liuk hilir mudik di ruas jalan mengikuti kelokan dari jalan tersebut. Dari situ juga bisa menikmati hutan yang belum terjamah yang tumbuh di lereng-lereng bukit yang mengapit Kelok Sembilan. Disamping itu juga bisa dilihat ujung belokan yang terletak sekitar 100 meter di bawah.

Setidaknya sejak tiga abad silam, perdagangan dari pedalaman Minangkabau ke Sumatera Timur telah melalui jalur ini. Kelok Sembilan ini dibangun oleh Belanda tahun 1932, bayangkan saja, pada tahun 1932, Belanda telah mampu menaklukkan garangnya alam Sumatera Barat untuk sarana jalan. Padahal pada zaman itu belum ada eskapator atau peralatan berat lainnya untuk mengerjakannya. Semuanya masih mempergunakan peralatan sederhana dengan teknologi pas-pasan. Tentu saja pembukaan Kelok Sembilan merupakan sebuah pembangunan jalan yang banyak memakan korban. Kelok sembilan sama beratnya dengan Kelok 44 di Maninjau, kelok di pendakian Sitinjau Laut antara Padang dengan Solok serta pendakian di Silaiang Kariang, Padangpanjang. Sumatera Barat memang kaya dengan jalan berkelok-kelok.

Jalan Layang

Saat ini rute Pekanbaru-Padang yang melewati ruas jalan Kelok Sembilan itu menjadi satu-satunya pilihan bagi setiap kendaraan yang menempuh rute tersebut. Makanya tidak heran setiap harinya tidak kurang 6.800 unit kendaraan melewatinya. Bahkan pada hari libur jumlahnya bisa menjadi dua kali lipat atau sekitar 11.350 per hari.

Masih sempitnya ruas jalan itu, tidak heran pada saat-saat tertentu terjadi kemacetan. Seperti yang kualami pada malam hari Kamis, tanggal 13 Mei itu. Tak jarang setiap musim mudik lebaran pasti akan terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar ruas jalan Kelok Sembilan. Setiap terjadi kemacetan, kendaraan bisa tertahan berjam-jam lamanya.

Karena posisi Kelok Sembilan yang berfungsi sebagai faktor penentu mulusnya hubungan lalulintas darat Padang-Pekanbaru, maka Pemerintah Sumatera Barat memandang perlu untuk membuat sebuah jembatan layang di situ, yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah kemacetan. Sehingga sejak beberapa tahun yang lalu, telah dilakukan studi kelayakan pembangunan jalan layang Kelok Sembilan, dengan perkiraan dana sekitar  Rp 2,2 miliar

Pembangunan jalan nasional kelok sembilan yang menghubungkan antara Padang – Pekanbaru ini dalam pengerjaannya baru rampung sekitar 60 persen dan masih membutuhkan dana sekitar Rp126,244 miliar lagi. Total dana yang dibutuhkan untuk proyek itu saat ini adalah Rp256 miliar, setelah terjadi kenaikan harga bahan-bahan bangunan akhir-akhir ini.

Jalan Layang Kelok Sembilan dalam pembangunannya terdiri dari enam jembatan dengan panjang jembatan secara keseluruhan 711 meter. Sedangkan jalan penghubung panjangnya mencapai 1.350 meter, jembatan layang yang dirancang itu keloknya juga sembilan. Mega proyek yang dalam rencananya diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2011 (namun ternyata belum!)  akan sangat bermanfaat untuk peningkatan ekonomi masyarakat Sumatera Barat.

Keberadaan jalan layang ini nantinya akan memperlancar arus di sekitar itu. Jalan layang yang merupakan buhul liat Padang-Pekanbaru yang mulai diurai itu bakal bisa dilewati dengan kecepatan 80 kilometer per jam. Jadi kendaraan tidak perlu lagi beringsut-ingsut di ruas jalan Kelok Sembilan yang sempit tersebut.

Jalan layang kelok sembilan adalah impian. Impian berjuta-juta orang di Sumbar dan Riau. Dan impian itu kini akan terujud. Kini, jika kita melakukan perjalanan dari Padang menuju Pekanbaru atau sebaliknya, sejumlah kesibukan pekerja akan terlihat di beberapa tempat, terutama di Kelok Sembilan.

Perencanaan dan pembangunan Kelok Sembilan merupakan hasil karya para insiyur anak bangsa. Pembangunan ini merupakan pembangunan infrastuktur dengan mempergunakan biaya yang luar biasa.

Kelak, di tengah rimba belantara Padang – Pekanbaru akan membentang jembatan layang nan rancak, di bawahnya tetap terlihat jalan Kelok Sembilan tua membentang, seperti mengukir sejarah kedua daerah, Riau – Sumatera Barat.


Artinya,  setelah dibangun jalan layang, fungsi Kelok Sembilan tidak akan dihilangkan. Ruas jalan Kelok Sembilan tetap dihidupkan, terutama bagi para wisatawan. Sebab bagaimanapun historis dan keelokkan Kelok Sembilan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Makanya kekhawatiran sebagian orang bahwa Kelok Sembilan akan tinggal nama dan menjadi kenangan, tidak akan terjadi. Malahan dengan adanya jalan layang tersebut, kelestarian Kelok Sembilan akan bisa terus terjaga. Sebab nantinya Kelok Sembilan tidak lagi terlalu berat menerima beban yang makin meningkat akibat semakin padatnya arus lalu lintas disana.

Disarikan dari berbagai sumber

Gambar dan media lain yang digunakan mungkin memiliki hak cipta dan belum mendapat izin dari pemiliknya


Jika Anda Menyukai Cerita ini Mohon KLIK DISINI dan sebarkan pada yang lain melalui jejaring di bawah ini

22 Komentar

Filed under Pariwisata

22 responses to “Kelok Sembilan : Mega Proyek yang (Mungkin) Akan Menjadi Objek Wisata Baru, Berapa Biayanya?

  1. dal

    kira-kira kapan akan selesai nya proyek ini ……

  2. Amir

    Annntaaahhhh laaahhh yyyyuuuaaannnngggg

  3. semoga dengan adanya jembatan kelok 9 juga fly over dukuh nantinya bs menjadikan sumatera barat menjadi lebih maju lagi

  4. mudah2an jalan layang di atas kelok sembilan akan membeikan pesona yang indah untuk di pandang

  5. TIOK KALI MUDIEK LIWAIK KELOK SAMBILAN TU,RASO2 GIMANNNNAAAAA GITU HATIKU…PANCEN APIK TENAN LO KELOK SONGO KUWI..DADI KANGEN PENGEN NGAMBAH MRONO MENEH INYONG KIYE….

  6. riswan

    DENGAN SELESAINYA JLN LAYANG KELOK SEMBILAN WARGA SUMBAR PADA UMUMNYA DAN WARGA LIMA PULUH KOTO KHUSUNYA AKAN MENDAPAT MANFAAT YG TIADA TARANNYA NAMUN DAMPAK NEGATIFNYA HARUS DICARIKAN JALAN KELUARNYA SEBELUM MENJADI KENYATAAN, SMG CEPAT SELESAINYA.

  7. Junaidy

    semoga dengan adanya 2 flyover tersebut akan menambah pesona wisata Sumatra Barat….

  8. dhani

    iyoo,..rancak untuak nagari..
    tapi iyoo,.nyo..
    koq 4 nan pamaga nagari itu, iyo paralu diiduikkan liak..
    bia tatanan kehidupan nan madani yang di rindu2kan urang tuhh,.iyo bisa dicontoh untuak nagari lain..

  9. ken jun filly

    back to nature alternatif tekreasi ………………..

  10. untuk apa gitu lho, menghabiskan anggaran saja…

  11. debby

    Bangga dan bersyukur sebagai org minang,di anugrahi nagari nan elok rupa. insyaallah di jaga supaya tetap lestari

  12. gaek palala

    woi dunsanak lah 4 tahun den ndak lewat situ

  13. Yunaidi Yunus

    mancaliak foto kelok sambilan, taragak jo kampuang Kab 50 Kota

  14. manih

    4×4=16
    16×16= ? brp kok iya?

  15. WOW, Mega Proyek nan Rannnnnnnncak banaaaa…
    Btw, Izin copy ya di blog saya.
    Thanks so much

Tinggalkan komentar